Suarastra.com – Kutai Barat kini telah berusia 25 tahun, dengan pembangunan di berbagai sektor yang semakin dirasakan, terutama di wilayah Ibu Kota Sendawar. Namun, kondisi berbeda dialami oleh empat kampung di Kecamatan Bongan, yakni Kampung Lemper, Deraya, Tanjung Soke, dan Gerunggung, yang hingga kini masih belum memiliki akses jalan yang layak.
Masyarakat di kampung-kampung tersebut harus menghadapi jalan tanah berlumpur dengan kubangan yang sulit dilalui, terutama saat musim hujan.
Tokoh pemuda Kampung Gerunggung, Dedi Utomo Atumsyah, mengungkapkan bahwa kondisi ini sudah berlangsung selama belasan tahun.
“Semenjak 2013, kami mengalami kesulitan hingga 2025 ini. Ada dana desa, tetapi karena regulasi dan aturan yang berlaku, kami tidak bisa menggunakannya untuk membangun akses jalan,” ujar Dedi kepada Kaltim Post, Rabu (5/2/2025).
Ia menegaskan bahwa keterisolasian kampung mereka bukan hanya merugikan masyarakat setempat, tetapi juga pemerintah daerah.
“Kami memiliki potensi besar di sektor pertanian dan perkebunan dengan aset tanah mencapai puluhan ribu hektare. Namun, potensi ini tidak dapat dimanfaatkan secara optimal karena akses jalan yang terputus. Kami sudah lelah dengan janji politik dan wacana yang tidak kunjung terealisasi,” katanya.
Dedi menambahkan, hingga kini, jalan sepanjang kurang lebih 41 kilometer di daerah mereka masih belum tersentuh pengerasan, aspal, maupun semenisasi.
Ia juga menyayangkan bahwa pembangunan akses jalan ke kampung mereka kerap dikaitkan dengan kepentingan politik.
“Kami sudah berusaha semampu kami melalui gotong royong selama bertahun-tahun. Namun, karena panjang jalan yang harus diperbaiki bukan hanya satu atau dua kilometer, kami kewalahan. Biaya yang besar serta keterbatasan tenaga manusia membuat perbaikan jalan ini seharusnya dilakukan dengan alat berat,” ujarnya.
Selain kesulitan dalam mobilitas, kondisi jalan yang buruk juga berdampak pada keterbatasan akses masyarakat terhadap layanan kesehatan dan pendidikan.
(Caa)