Suarastra.com – Di balik jeruji, semangat berkarya warga binaan Rumah Tahanan (Rutan) Kelas II A Balikpapan tetap menyala. Salah satu di antaranya adalah Zukiman, yang menyalurkan bakat seni lukisnya melalui media kayu.
Sejak kecil, Zukiman telah menguasai seni lukis di berbagai media, seperti kertas, dinding, mural, hingga kaligrafi. Semua keterampilannya ia pelajari secara otodidak tanpa pelatihan khusus. Namun, teknik melukis di kayu baru ia tekuni saat berada di rutan.
“Melukis di kayu baru saya pelajari di sini. Saya berharap keterampilan ini bisa menjadi sumber penghasilan ketika bebas nanti,” ujarnya, Jumat (7/2/2025).
Menggunakan teknik bakar dengan solder, Zukiman menciptakan karya seni unik. Salah satu karyanya adalah potret Presiden Prabowo Subianto yang dapat diselesaikannya dalam satu hari. Ia mengakui bahwa kualitas kayu sangat menentukan hasil akhir lukisan.
Kegiatan ini mendapat dukungan penuh dari Kepala Rutan Kelas II A Balikpapan, Agus Salim. Menurutnya, program ini bertujuan menjaga harapan warga binaan tetap hidup meskipun mereka sedang menjalani hukuman.
“Kami menampilkan hasil karya warga binaan dalam bentuk jam dinding berlukiskan foto-foto sesuai pesanan. Kami berharap masyarakat mendukung program akselerasi pemasyarakatan ini. Selain itu, kami juga berharap pemerintah Kota Balikpapan memberikan apresiasi kepada mereka, karena mereka tetap bagian dari kota ini,” jelas Agus Salim.
Ia menambahkan, produk seni dari rutan diharapkan bisa bersaing di luar, terutama di lingkungan Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) dan instansi lainnya. Pemerintah kota, perusahaan, dan masyarakat pun diharapkan dapat mendukung dengan membeli karya warga binaan sebagai suvenir atau kenang-kenangan.
Lukisan kayu ini dibuat dengan teknik bakar menggunakan solder pada kayu palet jati Belanda. Proses pembuatannya dilakukan secara pre-order dan dapat diselesaikan dalam satu hari. Dengan harga berkisar Rp50.000 hingga Rp100.000, sebagian hasil penjualannya akan disalurkan kepada keluarga warga binaan, sehingga mereka tetap bisa menafkahi istri dan anak meski berada di dalam rutan.
Lebih lanjut, Agus Salim mengusulkan agar pemerintah kota mengikutsertakan karya warga binaan dalam program UMKM, bekerja sama dengan perusahaan seperti Pertamina. Pasalnya, kayu yang digunakan merupakan limbah palet packing yang diolah menjadi barang bernilai seni dan ekonomis, seperti jam dinding dan tempat air galon.
“Dengan dukungan masyarakat Balikpapan, saya yakin mereka bisa berkarya lebih maksimal lagi. Kegiatan ini bukan sekadar mengisi waktu, tapi juga memberikan manfaat bagi mereka dan keluarga di luar sana,” pungkasnya.
(Caa)