Suarastra.com Bagi sebagian orang, musim hujan adalah berkah dari Tuhan, terutama bagi para petani yang mengandalkan curah hujan untuk menyuburkan tanaman. Namun, berbeda halnya dengan kelompok penjemur ikan asin di Desa Sesulu, Kecamatan Waru, Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU).
Bagi para nelayan di sana, musim hujan justru membawa kabar buruk. Pasalnya, hasil tangkapan ikan yang seharusnya dijemur di bawah terik matahari untuk diolah menjadi ikan asin sering kali membusuk akibat minimnya sinar matahari.
Mariani, salah seorang penjemur ikan asin di Desa Sesulu, mengaku bahwa cuaca yang tidak menentu ini berdampak signifikan pada penghasilan mereka.
“Biasanya, kami bisa mendapatkan keuntungan hingga Rp200 ribu per hari. Namun, sejak musim hujan datang, kami tidak mendapatkan apa pun karena kurangnya sinar matahari,” ungkap Mariani, Selasa (17/12/2024).
Untuk mengatasi kendala ini, Mariani dan warga lainnya mencoba menggunakan plastik putih untuk menutupi ikan yang sedang dijemur.
“Kami menutup ikan dengan plastik sembari menunggu matahari muncul, lalu membukanya saat ada panas. Namun, metode ini sangat memperlambat proses pengeringan,” lanjutnya.
Jika panas matahari tidak muncul selama satu atau dua hari, ikan akan membusuk dan dipenuhi ulat, sehingga tidak bisa dijual. Akhirnya, ikan-ikan tersebut hanya dibuang atau dijadikan pakan ternak.
Meski tantangan yang mereka hadapi cukup berat, Mariani merasa terbantu dengan keberadaan kelompok penjemur ikan asin dari Desa Api-api yang memiliki alat khusus untuk mengeringkan ikan.
“Setelah mencoba alat tersebut, kami jadi ingin memilikinya, terutama di musim hujan seperti ini. Kami berharap ada bantuan dari pihak terkait agar kami juga bisa menggunakan alat serupa,” harapnya.
(Caa)