Suarastra.com – Keterbatasan anggaran menjadi tantangan besar dalam mewujudkan pengadaan transportasi kereta api di Samarinda.
Kepala Dinas Perhubungan Samarinda, Hotmarulitua Manalu, menjelaskan bahwa kebutuhan dana untuk proyek ini sangat besar.
Hanya untuk pembangunan rel, diperlukan anggaran sebesar Rp8 triliun. Jumlah ini belum mencakup biaya pengadaan gerbong dan fasilitas pendukung lainnya, sedangkan APBD Samarinda saat ini masih jauh di bawah angka Rp6 triliun.
“APBD Kota Samarinda tidak cukup untuk menanggung beban proyek ini. Realisasinya sangat bergantung pada sumber dana lain, seperti dukungan pemerintah pusat atau kerja sama dengan pihak swasta,” ujar Manalu dalam pemaparan studi kelayakan kereta api di Hotel Fugo Samarinda, Senin (10/12/2024).
Meski secara finansial proyek ini belum dianggap layak, Manalu menegaskan bahwa dari sisi ekonomi, keberadaan kereta api dapat mendorong perkembangan wilayah secara signifikan. Pengadaan transportasi ini tidak hanya soal membangun rel dan membeli gerbong, tetapi juga memastikan keberlanjutan finansialnya.
Menurut Manalu, keberhasilan proyek ini sangat dipengaruhi oleh potensi ekonomi di sepanjang jalur yang dilalui. Jika hanya mampu melayani 520 penumpang per hari, proyek ini dianggap tidak ekonomis.
“Kalau jalur tersebut mencakup pusat ekonomi atau kawasan wisata, proyek ini bisa lebih menguntungkan. Namun, jika kebutuhan pengguna hanya untuk sekolah atau aktivitas harian, masyarakat kemungkinan enggan menggunakan kereta jika tarifnya tidak terjangkau,” jelasnya.
Bagi Manalu, proyek kereta api bukan sekadar pembangunan infrastruktur, melainkan simbol kemajuan dan modernitas sebuah daerah. Meski penuh tantangan, harapan untuk merealisasikan mimpi besar ini tetap hidup.
“Proyek ini membutuhkan kerja keras, kolaborasi, dan ketekunan agar suatu hari nanti kereta api benar-benar bisa melintasi Samarinda,” katanya optimis.
Namun, desain jalur kereta juga menghadirkan tantangan tersendiri. Dengan keterbatasan ruang jalan, rel rencananya akan dibangun melayang di atas jalan raya.
Solusi ini diambil untuk mengurangi dampak kemacetan sekaligus memaksimalkan efisiensi ruang di kota.
Rencana pengadaan kereta api sebenarnya telah digagas sejak tahap pra-feasibility study beberapa waktu lalu. Namun, tanpa ketersediaan dana yang memadai, pembahasan ini terpaksa dihentikan sementara.
“Kita cukupkan dulu sampai di sini sebagai dasar rencana ke depan. Jika nanti anggaran tersedia, barulah proyek ini dapat dilanjutkan,” pungkasnya.
(Caa)