Paragraf yang tersisa :
Dan jika sejarah kadang ditulis dengan tinta, di Desa Kota Bangun Darat III, ia ditulis dengan warna. Cenil yang lahir dari gundah kemarau dan ketekunan dapur menjadi catatan hidup bahwa ketahanan bukan hanya tentang bertahan, tapi juga tentang mencipta.
Ia bukan hanya jejak pangan, tapi juga gema perasaan, bukan sekadar kudapan, tapi kesaksian
bahwa di tengah keterbatasan, manusia tak sekadar mengisi perut, tapi juga merawat harapan.
Dalam satu gigitan cenil, terkandung ribuan hari yang tak pernah menyerah. Dan dalam setiap warna yang menempel di ujung jari, tersimpan pesan diam yang tak lekang
bahwa kenangan paling kuat, kadang justru hadir dalam hal-hal paling lembut.
(Azm)