Suarastra.com – Keterbatasan anggaran tidak menjadi alasan bagi Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) untuk meniadakan Festival Budaya Erau Adat Kutai 2025. Agenda tahunan penuh nilai sejarah dan adat itu dipastikan tetap berlangsung pada 21–29 September mendatang.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kukar, Thauhid Afrilian Noor, menegaskan defisit anggaran yang tengah dialami seluruh organisasi perangkat daerah (OPD) tidak akan mengurangi kesakralan dan kemeriahan Erau.
“Kita upayakan acaranya sesuai anggaran yang ada. Tidak berlebihan, tapi tetap termaknai. Makna sakralnya tidak berkurang, ramenya tetap ada, riuhnya Erau juga tetap bisa dirasakan,” ujarnya usai rapat finalisasi di Tenggarong, Rabu (3/9/2025).
Menurut Thauhid, Erau bukan sekadar pesta seremonial, melainkan wujud penghormatan terhadap marwah budaya Kutai Kartanegara. Karena itu, meski anggaran dan waktu terbatas, pemerintah tetap berkomitmen melaksanakannya.
“Walaupun dengan anggaran dan waktu yang cukup mepet, tidak boleh sampai mengurangi makna Erau,” tegasnya.
Salah satu bentuk penyesuaian terlihat pada prosesi pembukaan. Jika tahun-tahun sebelumnya menghadirkan seribu penari, tahun ini kemungkinan hanya melibatkan sekitar 400 penari.
“Tetap terlaksana, meski sederhana, tapi tetap bermakna,” katanya.
Ia memastikan pengurangan jumlah peserta tidak akan mengurangi kekuatan tradisi dalam setiap prosesi. Dengan pengelolaan yang lebih efisien, pemerintah berharap pelaksanaan tahun ini bisa lebih fokus pada kualitas.
Erau dikenal sebagai pesta adat terbesar di Kukar. Ribuan masyarakat setiap tahun turut meramaikan upacara adat Kesultanan, ritual budaya, hingga pesta rakyat seperti Beseprah dan Belimbur.
Bagi Thauhid, yang terpenting adalah masyarakat tetap bisa merasakan kebanggaan terhadap identitas daerah melalui Erau, meski dengan anggaran terbatas.
“Ini bagian dari identitas kita. Jangan sampai hilang hanya karena keterbatasan anggaran,” ujarnya.
Ia juga menekankan pentingnya sinergi antara pemerintah, Kesultanan, dan masyarakat dalam menjaga kelancaran festival.
“Sederhana tidak masalah, yang penting makna dan sakralnya tetap terjaga,” pungkasnya.
(ADV/Oby)

