Suarastra.com – Balai Pelestari Kebudayaan (BPK) Wilayah Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara (Kaltimtara) 14 menggelar Sosialisasi Pemajuan Kebudayaan Tahun 2024, pada Selasa (17/12/24) di Terrace Cafe, Tenggarong.
Acara ini dibuka dengan alunan merdu alat musik tradisional Sapeq yang dibawakan oleh Alif Faqod, menghadirkan suasana syahdu yang membangkitkan kecintaan terhadap budaya lokal.
Dialog Kebudayaan: Menyambut Era Baru dengan Identitas Tradisional
Kepala BPK Wilayah 14, Lestari, menegaskan pentingnya diskusi kebudayaan untuk saling mendengar dan berbagi pandangan tentang pelestarian budaya, khususnya di wilayah Kutai Kartanegara.
“Kami ingin menciptakan ruang yang nyaman untuk saling mendengar keluh kesah dan menyampaikan kesan-kesan kebudayaan. Dengan hadirnya IKN (Ibu Kota Nusantara), eksotisme musik tradisional kita harus menjadi kebanggaan yang tak dimiliki daerah lain,” ungkap Lestari.
Ia juga menyoroti tiga acuan utama dalam memajukan musik tradisional:
1. Hadirnya IKN sebagai pemicu semangat pelestarian budaya
2. Keunikan musik tradisional yang tidak dimiliki daerah lain
3. Kepedulian pemerintah terhadap musisi tradisional, termasuk pembinaan dan pemberian royalti
“Mencintai budaya kita ketimbang budaya luar jauh lebih keren,” tambahnya.
Sebagai langkah awal, Tenggarong ditetapkan sebagai proyek percontohan untuk mengukur eksistensi musik tradisional di kalangan generasi muda.
Lestari juga mendorong pengembangan musik tradisional selama tetap berlandaskan riset dan tidak menyimpang dari pakem yang ada, demi menjaga keaslian sekaligus kreativitasnya.
Peran Pemerintah Kabupaten Kukar dalam Pelestarian Musik Tradisional
Pamong Budaya Ahli Muda Bidang Kebudayaan, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kukar, M. Saidar, menyampaikan bahwa Pemkab Kukar telah menjalankan sejumlah inisiatif untuk mendukung pelestarian alat musik tradisional.
“Kami merespons baik langkah ini dengan membuka ruang melalui program Ekspresi Budaya. Program ini memberikan panggung bagi musisi lokal untuk menampilkan karyanya dan memastikan musik tradisional tetap hidup,” jelas Saidar.
Selain itu, Pemkab Kukar juga melaksanakan Gerakan Seniman Masuk Sekolah (GSMS), program nasional yang menghubungkan seniman dengan siswa untuk belajar seni dan budaya secara langsung.
“Program ini membantu mengembangkan karakter siswa, seperti disiplin, kerja sama, dan kreativitas, sekaligus memperkuat identitas daerah di tengah persaingan global,” tambahnya.
Menghidupkan Musik Tradisional di Kalangan Gen-Z
Salah satu sorotan acara ini adalah bagaimana musik tradisional semakin diminati oleh generasi muda di Kukar. Tenggarong, dengan banyaknya komunitas budaya, menjadi indikator utama bahwa anak-anak muda di sana lebih sadar akan pentingnya pelestarian budaya lokal.
“Anak muda di Tenggarong lebih aware terhadap musik tradisional. Kami ingin Tenggarong ini menjadi contoh bagi daerah lain,” ujar Lestari.
Melalui kolaborasi antara pemerintah, komunitas, dan seniman, acara ini diharapkan mampu menjadi pemicu semangat untuk melestarikan budaya di tengah era modernisasi.
Sosialisasi Pemajuan Kebudayaan 2024 tidak hanya menjadi langkah kecil, tetapi pijakan penting untuk membawa seni tradisional ke masa depan yang lebih cerah.
(Azm)