Di dapur kayu yang hangat, seorang nenek menegur cucunya yang membuang banyak sisa nasi di piringnyq. Dengan suara lembut namun ia berkata,
“Jangan buang banyak nasi, nanti perutmu sakit.”
Bagi orang tua dulu, nasi bukan sekadar makanan ia adalah rezeki yang suci, hasil keringat petani dan doa ibu yang memasak dengan penuh cinta.
Petuah itu bukan ancaman kosong, namun juga cara bijak untuk menanamkan rasa syukur dan tanggung jawab. Membuang nasi dianggap menyia-nyiakan berkah, dan konon, alam akan ‘menegur’ lewat sakit perut atau rezeki yang menjauh. Anak-anak diajarkan untuk menghormati setiap butir nasi seolah itu adalah titipan Tuhan.
Pesan utamanya adalah, hargailah makanan yang ada di hadapanmu, sebab tidak semua orang seberuntung itu. Dari butir nasi yang kecil, tumbuh kesadaran besar tentang syukur, kesederhanaan, dan pentingnya tidak menyia-nyiakan pemberian.
#Avisapranatungga