Suarastra.com – Museum Kayu Tuah Himba, yang terletak di Kelurahan Panji, Kecamatan Tenggarong, satu-satunya ikon edukasi dan pelestarian kayu khas pulau Borneo di Kutai Kartanegara (Kukar).
Dibangun sejak 1 Januari 1994 dan resmi dibuka untuk umum pada 25 September 1996, Museum ini merupakan yang pertama di Kalimantan Timur (Kaltim). Setelah hampir tiga dekade berdiri, frekuensi kunjungan mengalami penurunan, sehingga berbagai gagasan kreatif kembali diupayakan agar museum tetap relevan dan dekat dengan masyarakat.
Berdasarkan hal itu, sebuah gebrakan yang digagas oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kukar melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) menggelar Festival Museum Kayu Tuah Himba 2025 untuk menghidupkan kembali denyut kunjungan dan mempopulerkan kekayaan budaya daerah.
Festival tersebut akan berlangsung selama tiga hari, mulai 27–29 November 2025. Beragam kegiatan ditampilkan, termasuk pameran kerajinan tangan karya pelajar SMK Negeri 2 Tenggarong, mulai dari batik, manik-manik, pahatan kayu, hingga pembuatan guci dari tanah liat yang seluruhnya dibuat langsung oleh para siswa-siswi itu.
Asisten II Bidang Ekonomi dan Pembangunan Pemkab Kukar, Ahyani Fadianur Diani, mewakili Bupati Aulia Rahman Basri dalam sambutannya menegaskan pentingnya menghidupkan kembali museum kayu sebagai pusat edukasi daerah.
“Ini merupakan gagasan yang baik karena kita ingin Museum Kayu ini kembali lebih produktif seperti dulu,” ujar Ahyani di Lapangan Parkir Museum Kayu Tuah Himba, pada Kamis (27/11/2025).
Ia menuturkan, bahwa minat kunjungan yang sempat menurun perlu ditangani dengan pendekatan kreatif, salah satunya lewat penyelenggaraan festival yang mengajak masyarakat untuk kembali mengenal museum sebagai ruang belajar dan apresiasi budaya.
“Kita tahu bahwa frekuensi pengunjung sangat menurun, dan dengan adanya festival ini mudah-mudahan pengunjung bisa datang lebih banyak dan museum kembali lebih dikenal,” katanya.
Maka dari itu, dirinya bilang, tergelarnya festival ini tidak hanya meningkatkan kunjungan, tetapi juga menumbuhkan minat generasi muda terhadap budaya lokal. Dengan lebih banyak ruang ekspresi, anak-anak muda diharapkan semakin aktif terlibat dalam pelestarian kebudayaan.
“Kami berharap semua yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan dapat mendorong anak-anak muda agar berpartisipasi dalam kegiatan kebudayaan yang kita lakukan,” jelas Ahyani.
Disisi lain, Ahyani juga menyoroti, pentingnya perawatan bangunan museum serta penataan koleksi agar lebih menarik untuk dilihat setiap hari. Menurutnya, upaya itu menjadi bagian dari tanggung jawab Disdikbud dan lembaga terkait.
“Mudah-mudahan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan ke depan bisa lebih memperhatikan aspek bangunan maupun penataan koleksi yang ditampilkan sehari-hari,” pesannya.

Senada dengan itu, Kepala Bidang (Kabid) Kebudayaan Disdikbud Kukar, Puji Utomo, mengatakan harapan besar dengan adanya festival ini dapat mengundang animo masyarakat lokal maupun luar daerah agar dapat berkunjung ke Museum Kayu Tuah Himba.
“Mudah-mudahan kegiatan ini dapat berjalan baik dan memberikan dampak positif,” ucap pria yang akrab disapa Tomo itu.
Ia menilai, daya tarik museum tidak hanya terletak pada kekayaan koleksi kayunya, tetapi juga pada nilai edukatif yang selama ini belum seluruhnya tersampaikan kepada generasi muda. Dan, menurutnya, pelajar menjadi sasaran utama dalam penyelenggaraan festival tahun ini.
“Museum Kayu ini memiliki nilai edukasi yang tinggi, baik mengenai jenis-jenis kayu maupun pengetahuan terkait dunia perkayuan. Diharapkan pelajar yang tertarik pada bidang tersebut, baik seni maupun teknologi kayu, dapat datang dan belajar langsung di Museum Kayu,” pungkasnya.
Dengan digelarnya Festival Museum Kayu Tuah Himba 2025, dapat menjadi ruang edukasi pengembangan pendidikan berbasis kearifan lokal dan hal ini sejalan dengan visi dan misi “Kukar Idaman Terbaik”.
(ADV/Oby/Mii)

