Suarastra.com – Peringatan Hari Ibu ke-96 dan HUT ke-25 Dharma Wanita Persatuan (DWP) dirayakan dengan penuh kemeriahan oleh Dinas PUPR & PERA Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim).
Helatan yang berlangsung pada Rabu (18/12/24), di Aula Sapta Taruna, Samarinda, ini mengusung tema “Lestarikan Budaya untuk Jati Diri Bangsa” dan menyoroti pentingnya peran perempuan dalam melestarikan budaya lokal. Dan kegiatan ini dihadiri oleh berbagai organisasi wanita, pejabat daerah, serta komunitas budaya.
Acara ini semakin menarik dengan dibuatkan workshop pelestarian budaya yang menjadi daya tarik utama, dengan dua topik utama yaitu terkait, kuliner khas Sambal Raja, hidangan kerajaan Kutai, dan penggunaan pakaian adat Kutai, Baju Takwo.

Workshop ini juga menghadirkan, dua narasumber utama yaitu, Aji Muhammad Rony dari Yayasan Sangkoh Piatu Kutai Kertanegara (Kukar), membahas tata cara penggunaan Baju Takwo sesuai norma adat. Sementara itu, Yuliatri Luthfia, pelaku usaha kuliner yang pernah menjadi koki tamu di Festival Gastronomi Indonesia 2024, berbagi wawasan tentang keunikan dan sejarah Sambal Raja.
Melalui, Ketua DWP Dinas PUPR & PERA Kaltim, Marliana Firnanda mengatakan, bahwa kegiatan ini juga bertujuan memperkuat semangat persatuan di tengah masyarakat.
“Perempuan berdaya adalah kunci menciptakan generasi unggul yang mampu bersaing secara global. Pelestarian budaya harus dimulai dari keluarga, karena kebudayaan adalah identitas bangsa yang perlu dijaga,” ungkap Marliana.
Dia juga menyampaikan, apresiasi kepada seluruh pihak yang telah berkontribusi dalam menyukseskan acara ini, seraya memberikan ucapan selamat Hari Ibu kepada para peserta.
“Apresiasi setinggi-tingginya untuk ibu-ibu hebat yang tergabung di DWP dan organisasi wanita lainnya. Kita akan terus berupaya memberdayakan perempuan agar berperan lebih aktif dalam berbagai sektor kehidupan, untuk mewujudkan Indonesia yang maju dan bermartabat,” terangnya.

Sementara itu, Mewakili Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) Kaltim, Saprudin, SE, menjelaskan dengan workshop ini kita tahu makna tentang Sambal Raja merupakan hidangan khas yang dulunya hanya disajikan dalam jamuan raja-raja Kutai.
Lanjutnya, ia mengatakan, untuk Baju Takwo sendiri adalah pakaian adat yang biasa digunakan dalam berbagai upacara tradisional, termasuk pernikahan.
“Pelestarian budaya adalah tanggung jawab kita semua. Dengan melestarikan budaya lokal, kita turut menjaga identitas bangsa,” ujar Saprudin.
Sebelum acara ditutup, Wakil Ketua IV DWP Dinas PUPR & PERA Kaltim, Ny. Dewi Andriani Rahmat, menyatakan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari program kerja Bidang Sosial dan Budaya DWP.
“Kami berharap momentum ini dapat mendorong semangat persatuan di tengah masyarakat, sekaligus memupuk rasa cinta terhadap warisan budaya lokal,” pungkasnya.
Kegiatan ini diharapkan menjadi inspirasi bagi masyarakat Kalimantan Timur untuk terus melestarikan budaya lokal sebagai bagian dari identitas bangsa.
(Oby)