Paragraf yang tersisa :
Maka nyatalah sudah bahwa sastera Melayu bukan sekadar alat hiburan yang memujuk hati dan rasa, bahkan ia menjadi cermin jiwa serta wahana suluh akal budi. Dari bait-bait Syair Bidasari yang sarat akan perasaan halus pengajaran, tampaklah bahwa tiap madah yang ditulis bukan sembarangan, melainkan amanah yang mengangkat martabat manusia kepada faham yang luhur.
Sesungguhnya, dalam dendang syair dan desah puisi, terpahatlah harapan dan renungan yang menjangkau sebuah batas. Adapun khalayak yang merenunginya, tidak sekadar membaca dengan mata, namun ikut menyelam dengan hati.
Maka, di sinilah letak kemuliaan sastera .. Sebagai jendela yang terbuka ke alam makna, sebagai titian antara manusia, dan sebagai pusaka bangsa yang harus sentiasa disanjung, dipelihara dan dituturkan sepanjang hayat zaman.
(Caa)