Suarastra.com – Anak yang baru menatap dunia, belum kuat menatap angin luar.
Dalam kepercayaan orang tua terdahulu, bayi yang baru lahir masih sangat lemah raganya belum seutuhnya berpadu dengan rohnya. Karena itu, mereka berkata:
“Sebelum genap empat puluh hari, biarkan ia mengenal rumah dulu sebelum mengenal dunia.”
Mereka percaya bahwa pada masa itu, angin luar belum bersahabat, dan mata makhluk halus masih ingin menengok setiap jiwa baru yang lahir ke bumi. Bila anak dibawa keluar terlalu cepat, bisa saja ia terserang angin jahat yang menyebabkan demam, tangisan tanpa sebab, atau sakit yang tak terlihat obatnya.
Maka nenek moyang memberi pesan:
“Tahan langkahmu, wahai ibu muda. Biar matahari menunggu, biar bulan bersabar. Anakmu masih belajar menjejak napas bumi.”
Empat puluh hari itu bukan sekadar hitungan waktu. Ia adalah masa penjagaan, masa penyatuan antara roh, darah, dan kasih ibu. Setelah itu barulah dunia dibuka perlahan untuk sang bayi, agar tumbuhnya seirama dengan alam yang sudah mengenalnya.
Dan makna lainnya berbunyi lembut:
“Bukan dunia yang menolak anak kecil, tapi kasih yang menjaga agar dunia tak melukainya terlalu dini.”
#AvisaPranaTungga

