Suarastra.com – Berawal dari proses belajar saat berada di Jogjakarta, Erni Susiana, warga Kelurahan Gunung Elai, Bontang, berhasil menemukan pewarna alami untuk batik. Inovasi ini kemudian diikutsertakan dalam ajang Teknologi Tepat Guna (TTG) Unggulan tingkat Kalimantan Timur.
Kepada media, Erni mengungkapkan ide tersebut muncul sejak pertengahan 2024. Awalnya, ia menggunakan tanaman indegofera sebagai bahan dasar pewarna, berdasarkan hasil pembelajaran yang ia dapatkan. Namun, karena tanaman tersebut sulit ditemukan di Bontang, ia kemudian mencari alternatif.
“Saya sempat berdiskusi dengan pembimbing di Jogjakarta, dan akhirnya memutuskan menggunakan biji senggani, karena mudah ditemukan di Bontang,” ujarnya.
Proses pembuatan ekstrak dari biji senggani pun langsung dilakukan. Ekstrak tersebut kemudian dimanfaatkan sebagai pewarna alami untuk batik maupun teknik ecoprint.
Menurut Erni, proses pembuatannya cukup sederhana. Peralatan yang digunakan antara lain panci untuk merebus, pengaduk, ember, saringan, timbangan, serta gelas takar. Sementara itu, bahan utamanya terdiri dari satu kilogram buah senggani matang dan lima liter air.
“Keduanya direbus selama satu jam hingga airnya menyusut menjadi dua liter. Setelah itu, larutan disaring untuk memisahkan cairan pewarna dari ampasnya,” jelasnya.
Cairan hasil penyaringan tersebut bisa langsung digunakan untuk mewarnai kain batik maupun ecoprint. Ampas yang tersisa juga dimanfaatkan sebagai media tanam dengan mencampurkannya bersama tanah.
Adapun cairan pewarna yang tidak terpakai dapat dibuang ke saluran air tanpa menimbulkan dampak negatif karena bersifat ramah lingkungan. Setelah didinginkan, cairan pewarna ini dapat dikemas dalam botol dan dipasarkan.
“Keunggulan pewarna dari biji senggani ini adalah daya rekatnya kuat dan tidak mudah luntur. Selain itu, harganya lebih murah karena bahan bakunya berasal dari lokal, sehingga bisa menekan biaya produksi,” tambahnya.
Erni juga menyebutkan bahwa tahun sebelumnya, saat ia mengajar batik dan ecoprint, pewarna masih harus didatangkan dari Jawa. Namun, tahun ini ia telah menggunakan hasil inovasinya sendiri.
Ke depan, ia berharap pewarna alami dari biji senggani ini juga bisa dikembangkan sebagai bahan tambahan pewarna makanan. Erni memastikan, jika pun pewarna tersebut tertelan secara tidak sengaja, tetap aman dikonsumsi karena tidak mengandung zat berbahaya.
(Caa)