Suarastra.com – Di tengah potensi besar sebagai lumbung padi Kalimantan Timur (Kaltim), Kecamatan Tenggarong Seberang menghadapi tantangan serius berupa minimnya regenerasi petani.
Mayoritas pelaku pertanian di wilayah ini kini berusia di atas 50 tahun, sementara generasi muda menunjukkan ketertarikan yang rendah untuk melanjutkan usaha pertanian keluarga.
Camat Tenggarong Seberang, Tego Yuwono, menyampaikan kekhawatirannya terhadap masa depan pertanian di daerahnya. Meskipun berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan produktivitas mulai dari mekanisasi, penyediaan pupuk, hingga perbaikan irigasi tantangan regenerasi tetap menjadi penghalang utama.
“Pertanian di sini sebenarnya punya prospek yang bagus. Tapi anak-anak muda lebih memilih bekerja di perusahaan atau menjadi ojek daring daripada jadi petani,” ujar Tego saat ditemui, pada Sabtu (19/4/2025).
Survei yang dilakukan pemerintah kecamatan menunjukkan kecenderungan anak-anak petani untuk beralih ke sektor pekerjaan lain yang dianggap lebih menjanjikan.
Untuk menjawab persoalan tersebut, pemerintah kecamatan bersama Pemkab Kutai Kartanegara telah menggulirkan sejumlah program pelatihan dan pendampingan yang menyasar generasi muda di desa-desa pertanian. Namun, respons yang diterima masih sangat rendah.
“Kami pernah adakan pelatihan di Desa Bangunrejo, dari sepuluh peserta, hanya satu yang bertahan sampai akhir. Ini jadi bukti bahwa persoalan regenerasi petani sangat krusial,” ungkapnya.
Pemerintah berupaya membangun citra baru sektor pertanian melalui program seperti Petani Itu Hebat, yang memadukan pelatihan teknis dengan bantuan permodalan untuk petani muda.
Program ini ditujukan untuk mengubah pola pikir bahwa bertani bukan lagi pekerjaan fisik semata, melainkan peluang usaha yang bisa dikelola secara modern dan menguntungkan.
“Kalau tidak ada langkah serius, lima sampai sepuluh tahun ke depan kita bisa kekurangan petani, dan ini akan berdampak langsung pada ketahanan pangan daerah,” tutup Tego.
(ADV/Mii)