Suarastra.com – Upaya Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kutai Kartanegara (Kukar) untuk mempermudah mobilitas warga Kecamatan Sebulu menuju Tenggarong terus berjalan. Salah, satu bukti nyata adalah pembangunan Jembatan Sebulu, yang sejak peletakan tiang pancang pertama pada 28 Juni 2024 menjadi harapan besar bagi ribuan masyarakat di wilayah tersebut.
Pembangunan jembatan ini diharapkan menjadi solusi akses yang lebih cepat dan efisien, terutama bagi warga yang selama ini harus memutar jauh untuk menjangkau pusat ibu kota kabupaten.
Namun perjalanan konstruksi tidak sepenuhnya mulus. Penurunan dana Transfer ke Daerah (TKD) berdampak langsung pada ketersediaan anggaran, sehingga progres pembangunan melambat.
Meski menghadapi tekanan fiskal, Pemkab Kukar menegaskan komitmennya untuk tetap melanjutkan proyek strategis tersebut. Bupati Kukar, Aulia Rahman Basri mengatakan bahwa proses pembangunan tidak akan berhenti.
“Itu tetap terus kita progres ya. Untuk Jembatan Sebulu, sebagaimana kita pahami, TKD (dana transfer ke daerah) kita sedang turun,” sebut Aulia saat diwawancarai awak media beberapa waktu lalu.
Walaupun dana TKD menurun, Aulia mengungkapkan, pihaknya terus melalukan upaya komunikasi ke pemerintah pusat untuk keberlanjutan pembangunan Jembatan Sebulu ini.
Lanjutnya, Ia menyebut bahwa Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPR) Republik Indonesia (RI), Budisatrio Djowandono yang merupakan Daerah Pemilihan (Dapil) Kalimantan Timur (Kaltim) telah menerima laporan mengenai kendala anggaran daerah.
“Sudah kami sampaikan juga terkait masalah jembatan Sebulu ini. Karena sekarang anggaran banyak di pusat, mereka akan mengupayakan agar ini bisa diambil alih oleh pusat,” katanya.
“Tiga hari yang lalu, beliau sudah menghubungi kami langsung untuk meminta data-data terkait jembatan tersebut, dan kami sudah kirimkan,” tambah Aulia.
Dari perhitungan teknis, setidaknya masih dibutuhkan hampir Rp500 miliar untuk menuntaskan seluruh pembangunan. Khusus bentang tengah jembatan, proses pengerjaannya tidak bisa dilakukan setengah-setengah.
“Untuk bentang tengahnya, itu tidak bisa dikerjakan separuh-separuh, karena butuh waktu satu tahun penuh. Setelah dirakit dan dipasang, perlu waktu untuk mengetes ketahanannya. Setelah diuji dan dinyatakan layak, barulah bisa dibuka untuk umum,” jelas Aulia.
Menurutnya, keberadaan jembatan ini akan menjadi titik penghubung strategis antar wilayah. Jika akses Kutai Timur (Kutim) terbuka melalui Sebulu, dan jalur menuju Samarinda juga tersambung lebih cepat, maka mobilitas ekonomi, pendidikan, hingga layanan publik akan meningkat signifikan.
“Jadi jembatan ini tetap menjadi prioritas kita, dan kita mengupayakan semaksimal mungkin. Alhamdulillah, Pak Budi Satrio juga menyambut baik terkait penyelesaiannya,” ucapnya.
Terakhir, Ia berharap, dengan adanya kolaborasi antara dana daerah dan dukungan pusat dapat mempercepat progres, sehingga manfaat pembangunan bisa segera dirasakan.
“Kalau kita, maunya secepatnya. Tapi melihat kondisi anggaran, mudah-mudahan dalam dua tahun ke depan bisa kita selesaikan,” pungkasnya.
(ADV/Oby/Mii)

