Begitu bisik petuah tua yang turun dari mulut ke mulut, terdengar seperti larangan gaib, padahal sarat kasih yang tersembunyi.
Dahulu kala cahaya hanya seujung pelita, memotong kuku di malam hari bisa melukai tanpa sadar. Tapi lebih dalam dari luka itu adalah isyarat tentang menjaga kehati-hatian, bahkan pada yang sepele.
Dalam pandangan orang-orang dahulu, kuku adalah bagian dari hidup yang tumbuh diam-diam, seperti doa orang tua yang tak selalu terdengar tapi terus hadir dalam kehidupan.
Maka, memotong kuku di waktu malam, dianggap seperti memotong simpul halus antara anak dan restu orang tuanya. Sunyi malam bukan tempat bagi tindakan yang memutus, melainkan waktu untuk menyambung batin, niat, dan restu.
Petuah itu bukan soal kuku semata, tapi tentang adab menjaga waktu.
Jika malam, kata leluhur, adalah sajadah langit yang menampung zikir dibumi. Maka jangan kotori dengan gegabah. Belajarlah dari kuku yang tumbuh perlahan namun pasti, bahwa yang kecil bisa menjadi penting bila dipelihara dengan hormat.
Sebab di balik larangan itu tersembunyi pesan luhur :
“Dengarlah meski itu tampak sepele, karena di sanalah sering bersemayam cinta yang tak terucap.”
#Avisapranatungga