Suarastra.com – Di tengah derasnya arus musik modern yang terus berubah dari waktu ke waktu, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) menghadirkan sebuah perayaan budaya yang tak hanya menghibur, tetapi juga menegaskan jati diri daerah. Tingkiland Fest, sebuah pagelaran musik yang baru pertama kali digelar Pemkab Kukar melalui Dinas Pariwisata (Dispar), resmi berlangsung pada 22–23 November 2025 di halaman Kedaton Tenggarong.
Perhelatan ini menawarkan sesuatu yang berbeda. Bukan sekadar menghadirkan hiburan musik, tetapi memadukan harmoni instrumen modern dengan musik tradisional Kutai yang sarat nilai sejarah. Perpaduan itu diperkuat dengan kehadiran dua bintang tamu spesial yaitu, Bilal Indrajaya, sosok yang dikenal generasi muda lewat tembang-tembang bernuansa indie, serta band legendaris era 2000-an, Elemen.
Di panggung yang berdiri megah di depan Kedaton, ribuan pasang mata menyaksikan bagaimana irama gambus dan ketipung berpadu dengan gitar elektrik dan synthesizer. Malam itu, musik Tingkilan mendapatkan ruang terhormat, seolah menunjukkan bahwa tradisi tak pernah benar-benar tenggelam di tengah modernitas.

Bupati Kukar, Aulia Rahman Basri, menyampaikan sambutan yang sarat pesan kebudayaan. Dengan suara lantang, ia menegaskan bahwa Tingkiland Fest bukan sekadar konser, melainkan langkah strategis mengangkat musik daerah agar dikenali lebih luas.
“Sejarah yang berkumpul di halaman Kedaton pada malam hari ini, insya Allah, akan menjadi saksi bahwa musik Tingkilan insya Allah akan menjadi salah satu musik yang mewarnai musik Indonesia,” ujar Aulia saat berada di atas panggung Tingkiland Fest, pada Minggu (23/11/2025).
Ia menambahkan bahwa kolaborasi musik nasional dan tradisional menjadi bukti bahwa tradisi dapat naik kelas tanpa kehilangan identitasnya.
“Malam ini artis etam, apakah Bilal, apakah Elemen, semuanya akan menyanyi dengan iringan musik Tingkilan. Percaya tidak kita? Kalau percaya, inilah alasannya disebut Tingkilan Fest,” lanjutnya.
Tak hanya itu, Aulia juga mengajak pemuda-pemudi Kukar sebagai generasi penerus harus percaya dan bangga terhadap kekayaan budaya yang dimiliki. Menurutnya, musik Tingkilan adalah warisan penting yang bisa menjadi ikon baru daerah.
“Etam harus percaya dengan kekayaan daerah yang kita miliki. Tingkilan adalah musik khas Kabupaten Kutai Kartanegara. Malam ini kita buktikan: musiknya Tingkilan, penyanyinya penyanyi nasional. Insya Allah musik Tingkilan ini akan naik kelas, dikenal secara nasional, bahkan mendunia,” ucapnya.
Namun, Aulia juga menanggapi, isu yang tengah beredar terkait keraguan sebagian pihak yang mempertanyakan penyelenggaraan konser di tengah defisit anggaran daerah. Ia memastikan bahwa Tingkiland Fest memiliki nilai strategis bagi promosi budaya dan pariwisata Kukar.
“Banyak orang menyampaikan kepada kami, ‘Pak Bupati, Kukar ini kan sedang defisit anggaran. Kenapa masih membuat konser?’ Kami tegaskan bahwa ini bukan konser biasa. Kalau tidak ada unsur lokalnya, kalau tidak ada unsur Tingkilan, kami pun tidak akan membuat konser ini,” jelas Aulia.
Baginya, festival ini adalah wadah agar musik Tingkilan dapat menjangkau publik lebih luas melalui media sosial dan interaksi musisi nasional dengan instrumen daerah.
“Kalau banyak orang menyanyi menggunakan musik Tingkilan, kemudian videonya di-posting ke Instagram, Facebook, dan media sosial lainnya, maka segala orang dapat nelek (lihat) bahwa musik Tingkilan insya Allah akan dikenal luas. Dan jika didengarkan, musik Tingkilan ini jauh lebih nyaman daripada banyak musik modern lainnya,” tambahnya.
Festival yang berlangsung selama dua hari ini menjadi ruang pertemuan antara tradisi dan modernitas. Di tengah riuh tepuk tangan, Tenggarong malam itu tak hanya menjadi tuan rumah sebuah konser, tetapi juga saksi lahirnya babak baru bagi kesenian musik tradisional Kutai.
(ADV/Oby/Mii)

