Suarastra.com – Sabtu sore, di Taman Titik Nol Tenggarong, angin membawa gema dari suara-suara muda yang resah. Di tengah lalu-lalang kendaraan dan hiruk kehidupan kota, sekitar dua puluh mahasiswa dari PMII dan GMNI Cabang Kutai Kartanegara (Kukar) berdiri dalam lingkaran tekad yang utuh. Mereka menyebut diri sebagai Aliansi Suara dari Mahakam.
Di bawah langit cerah berawan, mereka menyuarakan tema yang tegas sekaligus menggetarkan Tolak Represifitas Aparat, Semua Sama di Mata Hukum.
Sebuah seruan yang lahir dari luka-luka lama yang tak kunjung sembuh, dari kenyataan bahwa kekuasaan terkadang masih berlaku pilih kasih, bahkan dalam perkara keadilan.
Aksi ini bukan sekadar protes, melainkan sebentuk peringatan moral. Diangkat dari peristiwa-peristiwa represif yang mencederai demokrasi, baik di Kukar maupun di berbagai penjuru negeri. Seruan mereka bukan hanya untuk hari ini, melainkan untuk masa depan hukum yang lebih jernih.
“Aksi solidaritas ini adalah refleksi dari tahun ke tahun, di mana tindakan represif aparat terus terjadi. Ini sangat merugikan masyarakat. Kami ingin masyarakat paham bahwa sikap seperti ini harus dilawan dengan kesadaran hukum,” ucap Inayah Ayu Putriana, Koordinator Lapangan dari GMNI.
Sementara itu, suara lain menegaskan sikap yang tak kalah lantang namun tetap berakar pada nurani. Syaiful Salim, Ketua Cabang PMII Kukar, menolak diam terhadap ketimpangan hukum yang terjadi. Baginya, hukum adalah jubah keadilan, bukan selimut ketakutan.
“Kami mengecam keras tindakan represif oleh oknum aparat. Aksi ini adalah bentuk pengingat bahwa represifitas adalah pelanggaran hukum. Hukum harus ditegakkan adil tanpa pilih kasih,” ujarnya, tegas namun tidak menghardik.
Aliansi ini tak berniat menciptakan kegaduhan, justru sebaliknya. Mereka berharap ruang solidaritas ini bisa menjadi jembatan, menghubungkan suara rakyat dengan telinga yang mau mendengar. Mereka ingin masyarakat tidak larut dalam provokasi, tetapi bangkit dengan kesadaran dan kepedulian hukum.
“Kami ingin masyarakat lebih peduli dan kritis terhadap kondisi yang terjadi. Jangan sampai kita dibutakan oleh kekuasaan yang tak berpijak pada keadilan,” pungkasnya.
(Oby/Azm)